Kahmi Farm Kudus, akankah Sukses menjadi Petani Organik Sejati?

Oleh : Guntoro Soewarno *)

Kuncinya di Disiplin Eksekusi, Fokus, Tekun dan Sabar

KUDUS (ipama.asia) – Pada Jumat (19/4/24) lalu, kami menggelar Business Session Seri-1 dengan teman-teman Majelis Daerah (MD) Kahmi Kudus. Lokasi pertemuan di rumah mas Zamroni, mantan Ketua HMI Cabang Semarang. Thema yang diangkat soal “Pertanian Terpadu Berbasis Organik.” Satu Thema yang sangat tidak menarik bagi kebanyakan kader Kahmi. Pasti kalah pamor dengan diskusi berbusa-busa soal Prabowo yang tidak kunjung usai.

Mas Zam, begitu biasa saya sapa, adalah sahabat dekat saya. Baik di HMI maupun di Pusat Peranserta Masyarakat (PPM), satu LSM yang didirikan oleh mas Adi Sasono (alm).

Mas Zam meminta saya agar untuk sementara diskusi terbatas dulu saja. Bukan apa-apa. Mas Zam biasa menggalang massa untuk kepentingan politik dan pesertanya selalu membuncah. Bisa jadi Ia khawatir tidak ada pesertanya.

Tentu saya ngikut saja apa kata tuan rumah. Pertimbangan saya simpel saja; Diundang banyak-banyak juga bisa dipastikan akan sedikit yang datang. Siapa sih kader Kahmi yang mau jadi petani?

Kang Asnawi, ternyata sangat cermat. Yang dia undang benar-benar kader Kahmi yang menggeluti pertanian. Benar-benar Kahmi yang petani. Totalnya 12 orang. Ada mbah Jomenara, Kang Jastro, ada mas Sugeng yang sudah doktor, ada mas Jon, tentu kang Asnawi dan mas Zam.

Saat sesi sharing soal pengalaman gaya bertani selama ini, ternyata juga luar biasa. Ada kader Kahmi yang punya lahan 4 hektare. Dan sudah jadi petani puluhan tahun. Ada yang sudah pernah budidaya lele. Mas Sugeng misalnya semua jenis pertanian, peternakan sudah dicoba semua. Menanam padi, jagung, Azola, Lima, jenis tanaman paku. Memelihara kambing dan sebagainya.

Bahkan, mas Sugeng pernah menanam duren Musangking, ikan Gurame dan sebagainya. Sekarang punya 8 kolam yang produktif untuk budidaya Lima sebagai pakan entok yang dipelihara hingga kini.

Yang menarik itu, dari semua cerita sebagai petani, mereka sangat kompak untuk satu hal; Sampai hari ini kegiatan pertanian mereka belum kunjung sukses.

Beralih ke Organik

Sesi materi yang diselingi dengan tanya jawab langsung direspon secara antusias. Diskusi dengan Kahmi yang petani itu enak dan menyenangkan. Kami sama-sama tukar ilmu dan pengalaman. Diskusinya hidup.

Suasana business session makin gayeng karena mas Zam menyediakan aneka rupa makanan dan cemilan yang komplit. Plus kopi arabica yang diroasting sendiri. Sehingga rasanya kopi banget.

Ilmu Pertanian Terintegrasi berbasis Organik bagi kawan-kawan Kahmi ternyata satu hal yang baru. Rata-rata tidak menyangka bahwa perkembangan ilmu organik begitu maju, komplit dan sangat mudah diterapkan.

Ilmu-ilmu yang dibagikan juga bisa menyelesaikan problem petani hari ini. Dari problem tanah yang mati, problem pupuk yang langka dan mahal, problem hama dan penyakit, serta problem harga yang selama ini ditentukan oleh pasar bebas.

Akhirnya dari semua yang hadir bersepakat untuk membentuk kelompok tani organik. Di WhatsApp mereka membuat group “Tani Kaya Raya”. Minggu depan mereka akan menggelar meeting untuk perencanaan agar bisa segera dieksekusi.

Materinya detail, dari teknik budidaya, infrastruktur organik, strategi marketing, strategi kolaborasi untuk scale up, dan bagaimana masing-masing petani kelak punya pabrik pupuk organik sendiri, untuk melayani satu kawasan kelompok tani di satu atau dua kecamatan.

Kahmi yang Petani

Pangan adalah komoditas strategis. Semua negara krisis pangan. Termasuk Indonesia.

Hari ini, negara-negara besar memperkuat sektor pangan dengan teknologinya yang super canggih. Kalau kami, memperkuat sektor pangan tidak usah pakai teknologi canggih. Kami cukup mengembangkan pertanian terintegrasi berbasis organik, dengan kembali model bertani era 1980-an.

Bertani dengan kembali ke alam. Mendekati bumi dan memeliharanya. Agar terjadi keteraturan dan kesesimbangan alam. Itulah pondasi yang kokoh tentang dunia tani.

Semangat kawan-kawan MD Kahmi Kudus untuk kembali bertani dengan model yang baru adalah satu contoh yang nyata; Bahwa Kahmi ternyata ada -bahkan mungkin banyak- yang sudah mempunyai kesadaran kolektif; bahwa masuk dan menguasai sektor pangan itu tidak kalah pentingnya dengan urusan politik.

Masuk areal perjuangan sektor pangan adalah dakwah bilhal. Dakwah tindakan. Dakwah yang tidak cuma omon-omon. Dakwah di wilayah ini tidak kalah berkeringatnya. Bahkan sejatinya berkeringan dengan sesungguhnya.

Saya tekankan ke kawan-kawan Kahmi. Setelah business session ini, tolong jangan ada lagi cerita bertani yang gagal. Saya sangat berharap, tiga tahun bertekun sebagai petani organik akan mengubah segalanya. Baik secara ketokohan, karena reputasinya sudah sangat teruji sebagai petani sukses. Maupun dari aspek ekonominya.

Setelah mapan secara sosial ekonomi, silahkan masuk ke dunia politik. Karena, orang yang lapar dan orang yang sudah mapan secara ekonomi, cara berpolitiknya nanti pasti akan sangat berbeda.

Ide Kahmi Farm di daerah-daerah adalah model gerakan Kahmi yang patut dijadikan contoh. Tugas kita hanya satu; Memberi pendampingan sampai sukses. Sehingga semangat, konsistensi, fokusnya, gigihnya, tekun dan sabarnya bisa selalu lebih terjaga. (ipama.asia).

*) Guntoro Soewarno, Peneliti di Institut Pengembangan Masyarakat (Ipama), satu perusahaan konsultan pemberdayaan masyarakat di bawah PT Aurora Alpha Centauri.

Program Kahmi Farm adalah program kolaborasi antara Majelis Wilayah (MW) Kahmi Jateng Bidang Pemberdayaan Ekonomi Umat dan Kerjasama antar Lembaga dengan Institut Pengembangan Masyarakat (Ipama).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top