Oleh : Guntoro Soewarno *)
Bisakah Petani Kaya Raya?
SEMARANG (ipama.asia) – Petani hari ini, dan tentu juga sebelum-sebelumnya, identik dengan kemiskinan. Bahkan, kemiskinan permanen. Dari buyut, kakek, bapak, anak dan cucu, nasibnya miskin terus. Bisakah petani berubah nasibnya, dari miskin papa menjadi kaya raya. Atau minimal kaya. Jawabannya tentu,” Bisa.”
Kondisi petani yang identik dengan kemiskinan itulah yang menyebabkan minat generasi milenial untuk menekuni bidang pertanian menjadi nihil. Kalaulah ada milenial yang meletakkan masa depannya di dunia pertanian, bisa dipastikan jumlahnya tidak banyak. Bisa dihitung dengan jari.
Putusnya generasi di pertanian, bisa mengancam produktivitas. Kalau hal ini dibiarkan, Indonesia bisa krisis pangan. Akibat produktivitas petani turun drastis dimakan usia. Sementara Indonesia sudah telanjur mengandalkan beras, jagung dan komoditas horti sebagai komoditas pangan andalan.
Kuncinya Mesti Organik
Dalam 10 tahun terakhir, perkembangan dunia organik begitu maju. Sistem organik tidak hanya menyelesaikan problem pupuk yang sering langka, ilmu organik juga bisa menurunkan ongkos produksi sampai 40%. Kekuatan lain adalah produktivitas yang naik tajam dan bisa menghapus mitos bahwa untuk bisa kaya raya maka lahan yang digarap petani mesti luas.
Karena, dengan teknologi organik hari ini, untuk mendapatkan omzet per bulan Rp 5 juta, petani cukup menggarap lahan seluas 300 m2 dan cuma dengan menanam kangkung.
“Untuk bisa sukses dan kaya raya di dunia pertanian organik perlu komitmen dan mental kaya. Tanpa itu, cerita ideal soal pertanian organik akan sebatas tinggal cerita saja. Nasib petani tidak bakal beranjak ke mana-mana.”
Jadi dengan organik, maka produktivitas petani naik tajam, ongkos produksi atau HPP petani turun dan untuk hidup kaya tidak lagi harus punya lahan berhektar-hektar. Pertanian berbasis organik adalah masa depan bagi petani hari ini. Atau bagi milenial yang berani memutuskan untuk meletakkan masa depannya di dunia pertanian.
Kekuatan pertanian organik lain adalah bisa menyelesaikan problem sampah rumah tangga secara tuntas. Karena sampah bekas sayur, bekas buah dan bekas apapun itu, asal bukan plastik, bisa diolah menjadi pakan fermentasi untuk peternakan organik.
Pakan fermentasi ini bisa untuk pakan substitusi atau pakan pengganti produk pabrikan. Baik untuk ayam kampung, kambing, sapi, ikan, entok maupun bebek. Dengan pakan fermentasi, maka kualitas daging menjadi bermutu, tidak ada unsur kimianya. Dan ini yang penting; dagingnya menjadi gurih dan manis rasanya. Dimakan juga menyehatkan bagi tubuh.
Untuk Bisa Kaya Raya Mesti Pertanian Terpadu Berbasis Organik.
Setelah bisa hidup cukup dengan mengembangkan pertanian berbasis organik, maka setelah stabil dari pertanian dan peternakan ayam kampung organik, petani mesti masuk ke budidaya pertanian terpadu (integrated farming) berbasis organik. Karena inilah sata-satunya cara petani menjadi kaya raya.
Pertanian terpadu adalah satu kegiatan pertanian yang mengawinkan pertanian, peternakan dan perikanan secara bersamaan dan dalam satu kawasan yang sama. Kenapa sih mesti pakai terpadu segala? Karena dengan pertanian terpadu maka satu sama lain saling melengkapi dan produktivitas petani menjadi semakin efisien.
Seperti apa seh gambaran pertanian terpadu itu? Misalnya petani menanam cabe, maka dalam waktu bersamaan mesti memelihara kambing, minimal dua ekor. Sehingga kebutuhan kompos bisa diproduksi sendiri. Tidak perlu beli pupuk kimia. Cukup dari kotoran kambing dan kencingnya.
Kemudian, dengan bahan yang tersedia dari tanaman sekitar sawah, kita bisa membuat pupuk NPK organik, urea organik, pestisida organik, KCl organik, enzim organik untuk mempercepat pertumbuhan, air alkali agar anti penyakit, dan sebagainya. Biasanya dari cabe yang kita tanam ada satu atau dua tanaman yang tumbuhnya paling subur, tinggi, dan buahnya paling lebat. Buah dari tanaman yang unggul ini jangan dipanen. Buahnya kita olah jadi bibit cabe hasil olahan sendiri.
Sementara kambing yang kita budidayakan cukup makan dengan pakan fermentasi yang kita olah dari bahan bekas sayur dan buah dari sampah rumah tangga.
Pertanian terpadu saling melengkapi satu sama lain. Pertanian tidak perlu lagi tergantung pada kimia. Cukup dari kotoran kambing. Petani kalau menanam cabe juga tidak perlu beli bibit lagi. Cukup buat bibit sendiri. Begitu pula makanan untuk kambing, cukup dengan pakan fermentasi, makanan kambing yang sangat berkelas.
Integrated Farming adalah jawaban tuntas terhadap problem dunia pertanian saat ini. Juga jawaban terhadap problem sampah dan lingkungan hari ini. Dengan memproduksi pertanian organik, petani juga punya andil yang signifikan terhadap terjaminnya pasokan makanan yang berkualitas; Enak, gurih, sehat, halal dan thoyib.
Perlu Komitmen dan Ketekunan
Cerita tentang pertanian terpadu berbasis organik adalah kisah ideal, seru dan menjanjikan. Yang menjadi pertanyaan, apakah itu bisa? Jawabannya tentu; “Sangat bisa.”
Cuma ya itu, ada beberapa syarat agar program ini bisa on the track dan sukses. Program Tumbuh secara berkelanjutan; Syarat-syarat itu adalah;
- Fokus
- Komitmen
- Gigih
- Disiplin
- Setia
- Nikmati Prosesnya dengan gembira
- Dan Sabar
Syarat sukses budidaya pertanian terpadu berbasis organik ternyata semua terkait dengan karakter. Terkait dengan mentalitas. Dan tentu tugas kita hanya kerja keras, dan kerja ikhlas. Soal hasil itu 100% urusan Allah SWT. (bersambung ….. )
*) Guntoro Soewarno, Peneliti di Institut Pengembangan Masyarakat (Ipama), satu perusahaan konsultan pemberdayaan masyarakat di bawah PT Aurora Alpha Centauri.
Ipama membuka diri untuk berkolaborasi dengan lembaga pemerintah, BUMN, perusahaan swasta, LSM lokal, perorangan dan lembaga lainnya yang mempunyai misi yang sama dengan Ipama. Bagi yang ingin berkolaborasi dalam program-program Ipama bisa menghubungi admin; Email : Infoipama@gmail.com dan whatsapp : 0817422383